Tuesday 1, Apr 2025

728x90 AdSpace

Diberdayakan oleh Blogger.
Sabtu, 23 Juli 2016

Danau Makamo SEPASAN AYAM HANTU



POTO DOK NBT

SEPASAN AYAM HANTU

Jam berapa pun kau bangun, kau pasti mendengar sura pintu terbanting. Pasangan ayam itu berlarian dari satu ruangan ke ruangan lain. Berpegangan tangan, mengangkat barang–barang, menyaruhnya disana, membuka pintu menutupnya lagi. “ dia menaruhnya disini” kata si ayam betina.
“ dan ayam jantang menjawad,” oh ,disini juga.’
‘ ia juga ada di loteng sana” kata ayam betina berbisik. “ dan juga di taman,” sahut jantang.
Tenang sekali mereka tidur , kata mereka bagimana kalau kita banggunkan saja mereka. Tetapi bukan itu sebenarnya yang membuat aku bangun, mereka mencarinya, mereka membuka tirai itu, kata mereka.
“ sekarang mereka telah menemukannya, kata ayam betina. Salah satu dari mereka membaca buku, kemudian berdiri dan memandangi seluruh ruangan.
“ rumah ini benar-benar kosong, pintu-pintu masih terbuka hanya burung-burung merpati yang berkisau dan derungan mesing pemotong kayu yang meraung dikejauan sana” katanya.
Untuk apa aku masuk kesini? Apa yang inggin aku cari? Saut ayam jantang. Mungkin harta karung jagoo ada diatas sana?
Jagun, beras  itu ada di sana . Dan juga dibawah sini taman masih seperti dulu, hanya ada buku itu yang terselip diantara rerumputan. Tetapi mereka menemukan kebahagiaan itu diruangan tengah, mesti tak orang pung pernah melihat mereka. Kata jendelah mengambarkan padi , memantulkan gambar bunga; semua daun tampak hijau diantara rerumputan itu. Jika mereka pindah keruangan tengga, beras-beras itu hanya mengubah warna sisi putinya. Tetapi beberapa saat kemudian, jika pintu itu terbuka mereka menyebar ke lantai menggantung di dinding, mengantung di atap lalu apa? Tanganku masih kosong. Bayangan sebuah taman melintas dikarpet itu; dari keheningan paling dalam, merpati pelastik itu bersuara.
“ aman,aman, aman. Nadi rumah itu bergetar pelan. “ harta karung itu “ ruangan itu...” nadi itu berhenti sejenak. Oh, apakah itu harta karungnya?
Sebentar kemudian lampu padam. Mungkin ayam-ayam itu keluar ke taman? Tetapi pohon-pohon itu menggiling kegelapan menjadi cahaya matahari yang mengesangkan. Begitu hangat dalam lembut itu bawa sorot lampu  yang dapat membakar jendela itu. Kematian bermulah dari jendela itu saat ajal berdiri di tengga-tengga kami. Dan ajal datang ke betina itu dulu, ratusan tahun silam, meninggalkan rumah, dan menyegel semua jendelah ; ruangan-ruangan menjadi gelap gulita. Jantang itu meninggalkan rumah itu, meninggalkan dirinya, pergi ke utara, ketimur, melihat bintang bintang berlarian ke selatan, mencari rumah itu lalu menemukanya terpendam di ujung fajar.
“ aman,aman, aman,aman, denyut rumah itu bergetar bahagia. Harta karunmu itu milikmu”.
Angin menyapu jalanan, pohon pohon menggoyangkan batangnya. Sementara cahaya bulan menerjang.  Butir- butir hujang mulai turung tetapi sorot lampu itu cepat jatu kebawah jendelah. Liling-liling masi terbakar dan melele, pasangan ayam itu  berkelana mengitari rumah, membuka jendelah berkata dengan berbisik agar kami tidak terbangun. Mereka mencari kebahagiaan sendiri.
“ disini dulu kita tidur, kata ayam betina. “ ratusan ciuman kudaratkan ke bibirmu, sambut ayam- ayam jantang. “ jalan-jalan dipagi hari memandang cahaya perak di batang pohon. Ketika musim panas menyambut dan musim dingin menyajikan salju. Pintu pintu menutup pelang jauh disana. Pelang sekali seperti denyut jantung.
‘ lihat” katanya pelan sambil tangan menunjuk ke arahku dan suamiku. Mereka sedang tertidur nyenyak bisah aku lihat cinta pada bibir-bibir mereka. Mereka berenti tepat pada diatas  kami, memegang lampu bercahaya perak keemasan itu. Kemudian diam mematun untuk waktu yang cukup lama. Anggin merasuk ke kamar cahaya lampu berkibar pelang.
Aman,ama,aman,aman, jantung rumah itu berdenyut  bangga.
‘setelah bertahun tahun , desa ayam. Kau menemukan aku lagi.
Ya, aku selalu menemukanmu disini, si ayam betina itu mulai gugup menanggis,.
Yulius pekei mahasiswa PBSID, FKIP, USD,


  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

bagi siapa kritik atau melengkapi posttingan blog ini kami disini terbuka.

Item Reviewed: SEPASAN AYAM HANTU Rating: 5 Reviewed By: Danau Makamo

Sabtu, 23 Juli 2016

SEPASAN AYAM HANTU



POTO DOK NBT

SEPASAN AYAM HANTU

Jam berapa pun kau bangun, kau pasti mendengar sura pintu terbanting. Pasangan ayam itu berlarian dari satu ruangan ke ruangan lain. Berpegangan tangan, mengangkat barang–barang, menyaruhnya disana, membuka pintu menutupnya lagi. “ dia menaruhnya disini” kata si ayam betina.
“ dan ayam jantang menjawad,” oh ,disini juga.’
‘ ia juga ada di loteng sana” kata ayam betina berbisik. “ dan juga di taman,” sahut jantang.
Tenang sekali mereka tidur , kata mereka bagimana kalau kita banggunkan saja mereka. Tetapi bukan itu sebenarnya yang membuat aku bangun, mereka mencarinya, mereka membuka tirai itu, kata mereka.
“ sekarang mereka telah menemukannya, kata ayam betina. Salah satu dari mereka membaca buku, kemudian berdiri dan memandangi seluruh ruangan.
“ rumah ini benar-benar kosong, pintu-pintu masih terbuka hanya burung-burung merpati yang berkisau dan derungan mesing pemotong kayu yang meraung dikejauan sana” katanya.
Untuk apa aku masuk kesini? Apa yang inggin aku cari? Saut ayam jantang. Mungkin harta karung jagoo ada diatas sana?
Jagun, beras  itu ada di sana . Dan juga dibawah sini taman masih seperti dulu, hanya ada buku itu yang terselip diantara rerumputan. Tetapi mereka menemukan kebahagiaan itu diruangan tengah, mesti tak orang pung pernah melihat mereka. Kata jendelah mengambarkan padi , memantulkan gambar bunga; semua daun tampak hijau diantara rerumputan itu. Jika mereka pindah keruangan tengga, beras-beras itu hanya mengubah warna sisi putinya. Tetapi beberapa saat kemudian, jika pintu itu terbuka mereka menyebar ke lantai menggantung di dinding, mengantung di atap lalu apa? Tanganku masih kosong. Bayangan sebuah taman melintas dikarpet itu; dari keheningan paling dalam, merpati pelastik itu bersuara.
“ aman,aman, aman. Nadi rumah itu bergetar pelan. “ harta karung itu “ ruangan itu...” nadi itu berhenti sejenak. Oh, apakah itu harta karungnya?
Sebentar kemudian lampu padam. Mungkin ayam-ayam itu keluar ke taman? Tetapi pohon-pohon itu menggiling kegelapan menjadi cahaya matahari yang mengesangkan. Begitu hangat dalam lembut itu bawa sorot lampu  yang dapat membakar jendela itu. Kematian bermulah dari jendela itu saat ajal berdiri di tengga-tengga kami. Dan ajal datang ke betina itu dulu, ratusan tahun silam, meninggalkan rumah, dan menyegel semua jendelah ; ruangan-ruangan menjadi gelap gulita. Jantang itu meninggalkan rumah itu, meninggalkan dirinya, pergi ke utara, ketimur, melihat bintang bintang berlarian ke selatan, mencari rumah itu lalu menemukanya terpendam di ujung fajar.
“ aman,aman, aman,aman, denyut rumah itu bergetar bahagia. Harta karunmu itu milikmu”.
Angin menyapu jalanan, pohon pohon menggoyangkan batangnya. Sementara cahaya bulan menerjang.  Butir- butir hujang mulai turung tetapi sorot lampu itu cepat jatu kebawah jendelah. Liling-liling masi terbakar dan melele, pasangan ayam itu  berkelana mengitari rumah, membuka jendelah berkata dengan berbisik agar kami tidak terbangun. Mereka mencari kebahagiaan sendiri.
“ disini dulu kita tidur, kata ayam betina. “ ratusan ciuman kudaratkan ke bibirmu, sambut ayam- ayam jantang. “ jalan-jalan dipagi hari memandang cahaya perak di batang pohon. Ketika musim panas menyambut dan musim dingin menyajikan salju. Pintu pintu menutup pelang jauh disana. Pelang sekali seperti denyut jantung.
‘ lihat” katanya pelan sambil tangan menunjuk ke arahku dan suamiku. Mereka sedang tertidur nyenyak bisah aku lihat cinta pada bibir-bibir mereka. Mereka berenti tepat pada diatas  kami, memegang lampu bercahaya perak keemasan itu. Kemudian diam mematun untuk waktu yang cukup lama. Anggin merasuk ke kamar cahaya lampu berkibar pelang.
Aman,ama,aman,aman, jantung rumah itu berdenyut  bangga.
‘setelah bertahun tahun , desa ayam. Kau menemukan aku lagi.
Ya, aku selalu menemukanmu disini, si ayam betina itu mulai gugup menanggis,.
Yulius pekei mahasiswa PBSID, FKIP, USD,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagi siapa kritik atau melengkapi posttingan blog ini kami disini terbuka.