![]() |
POTO DOK NBT |
SEPASAN AYAM
HANTU
Jam berapa pun kau bangun, kau pasti
mendengar sura pintu terbanting. Pasangan ayam itu berlarian dari satu ruangan
ke ruangan lain. Berpegangan tangan, mengangkat barang–barang, menyaruhnya
disana, membuka pintu menutupnya lagi. “ dia menaruhnya disini” kata si ayam
betina.
“ dan ayam jantang menjawad,” oh ,disini juga.’
‘ ia juga ada di loteng sana” kata ayam betina
berbisik. “ dan juga di taman,” sahut jantang.
Tenang sekali mereka tidur , kata mereka
bagimana kalau kita banggunkan saja mereka. Tetapi bukan itu sebenarnya yang
membuat aku bangun, mereka mencarinya, mereka membuka tirai itu, kata mereka.
“ sekarang mereka telah menemukannya, kata ayam
betina. Salah satu dari mereka membaca buku, kemudian berdiri dan memandangi
seluruh ruangan.
“ rumah ini benar-benar kosong, pintu-pintu masih
terbuka hanya burung-burung merpati yang berkisau dan derungan mesing pemotong
kayu yang meraung dikejauan sana” katanya.
Untuk apa aku masuk kesini? Apa yang
inggin aku cari? Saut ayam jantang. Mungkin harta karung jagoo ada diatas sana?
Jagun, beras
itu ada di sana . Dan juga dibawah sini taman masih seperti dulu, hanya
ada buku itu yang terselip diantara rerumputan. Tetapi mereka menemukan
kebahagiaan itu diruangan tengah, mesti tak orang pung pernah melihat mereka.
Kata jendelah mengambarkan padi , memantulkan gambar bunga; semua daun tampak
hijau diantara rerumputan itu. Jika mereka pindah keruangan tengga, beras-beras
itu hanya mengubah warna sisi putinya. Tetapi beberapa saat kemudian, jika
pintu itu terbuka mereka menyebar ke lantai menggantung di dinding, mengantung
di atap lalu apa? Tanganku masih kosong. Bayangan sebuah taman melintas dikarpet
itu; dari keheningan paling dalam, merpati pelastik itu bersuara.
“ aman,aman, aman. Nadi rumah itu bergetar pelan.
“ harta karung itu “ ruangan itu...” nadi itu berhenti sejenak. Oh, apakah itu
harta karungnya?
Sebentar kemudian lampu padam. Mungkin ayam-ayam
itu keluar ke taman? Tetapi pohon-pohon itu menggiling kegelapan menjadi cahaya
matahari yang mengesangkan. Begitu hangat dalam lembut itu bawa sorot
lampu yang dapat membakar jendela itu.
Kematian bermulah dari jendela itu saat ajal berdiri di tengga-tengga kami. Dan
ajal datang ke betina itu dulu, ratusan tahun silam, meninggalkan rumah, dan
menyegel semua jendelah ; ruangan-ruangan menjadi gelap gulita. Jantang itu
meninggalkan rumah itu, meninggalkan dirinya, pergi ke utara, ketimur, melihat bintang
bintang berlarian ke selatan, mencari rumah itu lalu menemukanya terpendam di
ujung fajar.
“ aman,aman, aman,aman, denyut rumah itu bergetar
bahagia. Harta karunmu itu milikmu”.
Angin menyapu jalanan, pohon pohon
menggoyangkan batangnya. Sementara cahaya bulan menerjang. Butir- butir hujang mulai turung tetapi sorot
lampu itu cepat jatu kebawah jendelah. Liling-liling masi terbakar dan melele,
pasangan ayam itu berkelana mengitari
rumah, membuka jendelah berkata dengan berbisik agar kami tidak terbangun.
Mereka mencari kebahagiaan sendiri.
“ disini dulu kita tidur, kata ayam betina. “
ratusan ciuman kudaratkan ke bibirmu, sambut ayam- ayam jantang. “ jalan-jalan
dipagi hari memandang cahaya perak di batang pohon. Ketika musim panas
menyambut dan musim dingin menyajikan salju. Pintu pintu menutup pelang jauh
disana. Pelang sekali seperti denyut jantung.
‘ lihat” katanya pelan sambil tangan menunjuk ke
arahku dan suamiku. Mereka sedang tertidur nyenyak bisah aku lihat cinta pada
bibir-bibir mereka. Mereka berenti tepat pada diatas kami, memegang lampu bercahaya perak keemasan
itu. Kemudian diam mematun untuk waktu yang cukup lama. Anggin merasuk ke kamar
cahaya lampu berkibar pelang.
Aman,ama,aman,aman, jantung rumah itu
berdenyut bangga.
‘setelah bertahun tahun , desa ayam. Kau menemukan
aku lagi.
Ya, aku selalu menemukanmu disini, si ayam betina
itu mulai gugup menanggis,.
Yulius pekei mahasiswa PBSID, FKIP, USD,
0 komentar:
Posting Komentar
bagi siapa kritik atau melengkapi posttingan blog ini kami disini terbuka.